Aaaarrrggghhh.....!
Rasanya pengen teriak tapi, gak mungkin juga kan teriak2 di kantor orang gitu? Hiks.
Hari ini walopun diawali dengan ngantuk yang amat sangat, karena tiap hari harus bangun jam 5 (urusin tetek bengek suami yang mo berangkat kerja) trus, malemnya gak pernah pules juga. Setiap 2 jam kebangun oleh tangisan Rainer yang minta, "ninum...ninum..." (maksudnya: minum ^^. Air putih pula bukannya susu). Tapi, aku tetap berusaha semangat karena hari ini aku mau ke Kantor Pajak: ambil NPWP, trus ke kantor Kecamatan: update Kartu Keluarga, trus ke Supermall beli Sebamed moisturizer.
Nah, singkat cerita tibalah aku di kantor pajak jam 9.15. Aku langsung ke loket 5 (loket pengambilan NPWP), menyerahkan form Bukti Penerimaan Surat ke bapak2 (yang katanya Bpk Alvian), trus duduk setelah secara sekilas aku liat dia naro form itu ke meja sebelahnya, tempat beberapa anak SMA yang lagi magang bertugas mencari kartu NPWP.
Ada beberapa koran yang disediakan di dekat situ, tapi aku sengaja gak mau baca karena takut gak denger pas nama suamiku dipanggil ntar. Jadi, ya udah, dengan tekun (caelah...) aku merhatiin siswa2 itu yang sedang mencari kartu NPWP sesuai Bukti Penerimaan Form yang di pegang mereka.
Sejam kemudian...
"Lho, nih orang kan yang tadi dateng setelah aku?" pikirku sambil bingung2 gak jelas gitu ketika melihat beberapa orang yang kartunya udah ketemu, dipanggil. Masih berpikir, "oooh...gapapalah, kelewat sama satu dua orang mah." Aku beringsut pindah ke bangku paling depan dan menunggu lagi.
Satu stengah jam kemudian...
Kayaknya ada yang gak beres nih, mendingan aku nanya aja deh ke anak2 SMA itu. Aku maju ke depan setelah ninggalin map hijau punyaku di kursi dengan maksud spy orang lain ngeh: ini kursi masih ada yang dudukkin.
"Mas, mau tanya donk. Kog, nama saya blom dipanggil2 juga ya, pdhal saya liat orang2 yang datang setelah saya udh dipanggilin tuh."
"Nama Ibu siapa?"
"Saya ambil NPWP suami sih, namanya Stanley."
"Oh, kalo S di meja sebelah bu," katanya sambil menunjuk loket 3.
Okay. Aku duduk lagi. Berharap nama suamiku akan segera dipanggil dari meja sebelah. Pas mo duduk, lho...kog, ada yang duduk di kursi yang udah aku tanda'in...(bingung mode on). "Maaf mbak, ini kursi saya," sambil nunjuk map hijau yang dia dudukkin (OMG!). Sabar...sabaaar.....
Menunggu lagi. Kali ini arah mataku kualihkan ke bapak2 yang ada di loket 3, yang katanya megang kartu2 Nomor Pajak dari WP berawalan S. Omaigosh...ini bapak sedang apa? Form yang dipegang dia cuman beberapa lembar, tapi nyarinya lambat banget, lebih lambat dari siput. Ugh! Gemes banget deh. Masa, itu kartu2 yang dibuat beberapa tumpuk dengan ikatan karet, satu persatu karetnya dilepas trus kartunya dia letakkan dimeja, disebar seperti sedang mencari potongan puzzle, trus dirapi'in lagi, dikarettin lagi, yang semuanya seperti dilakukan dengan gerakkan slow motion.
Oh Tuhaaan...Gak tahan lagi. Kayaknya, aku harus ke meja dia nih, make sure form punya suamiku ada disitu atau nggak. Apalagi aku liat, lagi-lagi, orang2 yang baru datang yang dipanggil namanya bukannya aku. Aku jadi punya perasaan gak enak gitu. Feels like something wrong.
"Maaf pak, boleh lihat formnya ga?"
"Mau cari punya siapa?"
"Stanley..."
"(melihat form yang cuman 5 lembar ditangan dia)...gak ada"
Tuuuh kaaan...bener feeling aku. Aku bergeser lagi ke loket 4 tempat anak2 SMA tadi.
"Mas, kog form punya suami saya gak ada disitu," aduku sambil menunjuk meja sebelah. Dia juga keliatan bingung.
"Namanya siapa bu?", tanyanya lagi.
"Stanley."
Waktu dia sedang nyari2 gitu, dateng seorang bapak2 yang namanya Bpk. Jamal, dengan ramah meminta aku sabar menunggu karena katanya kartunya banyak banget, dan mereka juga sedang berusaha menemukan kartu2 itu. Aku bilang, "saya juga dari tadi udah nunggu pak, tapi masalahnya kog nama saya gak dipanggil2 sementara orang2 lain yang datang setelah saya udah dipanggil. Mustinya kartu suami saya udah ada donk, karena kita udah daftar online, udah dapet nomernya. Waktu tgl 30 saya kesini disuruh balik sekarang, artinya kita udah menunggu selama 10 hr Pak, masa belum selesai juga. Katanya satu hari juga selesai. Orang kantor suami saya di Bekasi udah selesai dalam satu hari cuman nunggu satu jam," kataku panjang lebar skalian complain. Masih dengan semangat complain aku bilang lagi, "kalo memang belum siap, mustinya jangan 'ngancam2' akhir tahun kemaren harus udah punya NPWP."
"Oh, itu kan Sunset Policy, Bu," jawab dia dengan sabar.
"Iya, tapi buat kita orang awam yang gak ngerti, kita pikir itu deadline pembuatan NPWP, makanya di internet kan rame Pak, orang2 pada cari info," kataku. Dia senyum2, "oke deh, ntar kita sedang cari di dalam. Mungkin ada didalam," kata Bpk. Jamal.
Si anak SMA itu kemudian kembali lagi, berkata ke Bpk. Jamal, "di belakang gak ada Pak." Waduh! Setelah memberitahukan sekali lagi nama suamiku, mereka kemudian berjongkok (lho?) dan mencari di.....tempat sampah! Alamak! Segitu cerobohnya kah mereka sampe form suamiku bisa masuk kesana?
Ternyata.....benar. Mereka ceroboh. Form suamiku ada disana. Hiks. Kantor Pajak kog gini ya? Enak aja mereka minta2 rakyat bayar pajak tapi, pelayanannya....
Akhirnya aku duduk lagi dan menunggu.
Dua jam kemudian.
"Bu..." panggil Bpk. Jamal.
"Ya Pak," jawabku sambil beranjak ke depan dan berharap TIDAK ADA LAGI masalah.
"Ada fotocopy KTP Bapak gak?"
"Lho, kan udah dilampirkan di form kemaren itu Pak."
"Begini Bu, form Bapak gak ada. Mungkin keselip atau apa, karena form pengajuan NPWP banyak sekali Bu, jadi kalo Ibu bawa fotocopy suami Ibu nanti kita proses lagi."
"......"
Setelah beberapa perbincangan, akhirnya aku menyerah. Pulang dengan tangan kosong dan hati dongkol sambil tak henti2nya berpikir, "kog gini ya?". Gak pengen bilang sial, tapi kog...kayaknya sial banget. Udah form untuk pengambilan NPWP-nya kebuang ke tempat sampah, eh...form pengajuannya gak ada pula.
Dilema: pulang rumah ambil fotocopy KTP suami trus balik lagi urus NPWP, atau ke kantor kecamatan urus KK.
Ah, udah siang, sebentar lagi mereka pasti sholat jumat. So, aku putuskan untuk ke kantor kecamatan aja deh.
Sampai kantor kecamatan, aku langsung ke loket bertuliskan: pengurusan KTP dan KK. Dari depan loket yang dibatasi dengan kaca itu aku bisa melihat ada lima orang di dalam ruangan: dua orang bapak2 yang sedang duduk santai, yang salah satunya kudengar nyeletuk, "itu ada orang" tapi semuanya ignored; Satu Ibu2 sedang sibuk mengetik; Satu Ibu lagi sedang asik ngobrol di henfon; dan Ibu yang satu lagi sedang berhenfonria (mungkin sms). Akhirnya, ibu yang sedang main henfon itu nengok juga dan meladeni. Tapi, bukan karena aku panggil melainkan karena ada lagi orang2 lain yang mulai antri di belakangku.
Ketika aku menyerahkan form pembuatan KK. Dia bilang blanko KK masih kosong, baru ada nanti tgl 20 Jan.
Ya sudahlah. Tanpa banyak tanya aku langsung keluar lagi. Memang seperti inilah kalo ngurus apa2 sendiri. Lebih baik bayar orang. Lebih mahal memang tapi gak makan hati.
Eh,...ada lagi kejadian di Matahari Dept Store, Supermall Karawaci.
Hehe...cerita hari ini jadi panjang bener deh.
Ceritanya dalam rangka ulang tahun yang ke-17 (lupa deh ultahnya siapa, Lippo Village atau Matahari ya?), setiap belanja per kelipatan 50rb, berhak dapat 1 cap di counter Cust Svc Matahari dept store Supermall Karawaci. Program ini khusus untuk penghuni Lippo Village aja. Merasa penghuni, selesai belanja aku ke counter CS minta cap sambil nunjukkin struk belanja. Sebagai bukti aku penghuni si neng customer svc minta KTP aku.
CS: "Maaf Bu, data KTP Ibu gak sesuai. Disini ditulis kelurahan Cibodas bukan Lippo."
Aku: "Wah, mana saya tau mbak, kalo kelurahannya dimana. Itu mah urusan pemerintah. Yang saya tau saya tinggal Lippo Village."
Akhirnya dia manggil supervisornya.
Spv: "Boleh liat KTP-nya Bu? Ini tuh didaerah mana ya? Soalnya diKTP Ibu kelurahan Cibodas ya?"
Aku: "Saya tinggal di Lippo Utara mbak. Yang depan ruko Pinangsia tuh. Tau ruko Gajah Mada gak? Kantor Matahari kan disitu. Atau, tau ruko d'Espana?"
Spv: "Oooh...(sambil mengingat2 gitu), yang belakang gokart itu ya?"
Aku: "Iya bener disitu."
Spv: "Soalnya disini kelurahan Cibodas ya?" (masih keukeuh dg topik kelurahan).
Aku: "Wah...saya mana tau mbak, lokasi rumah saya masuk kelurahan mana. Itu mah urusan pemerintah. Pokoknya saya cuman minta bikin KTP, udah. Yang pasti saya tinggal di Lippo Village. Kalo memang saya gak dianggap penghuni, lha trus slama ini tempat tinggal saya namanya apa donk? Jadi bingung..."
Akhirnya, si supervisor approve kasih cap.
Boleh jujur? Gak tau kenapa, pada saat ngalamin kejadian2 menyebalkan diatas aku gak terlalu kesal. Kesal. Tapi, gak terlalu. Padahal aku termasuk orang yang temperamental kalo mengalami ketidakadilan seperti ini. Mungkin hari ini aku lagi baik. Boleh percaya boleh tidak. Hehe....:p.
Udah ah. Udah jam 19.21. Tulisannya udah panjang bener kayak skripsi ^^.
Have a nice week end ^o^!
God bless...
:: see more gadget at the bottom of the page ::
Friday, January 09, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment