:: see more gadget at the bottom of the page ::

Wednesday, September 30, 2009

Help Me....

Gak kerasa udah satu tahun berlalu sejak mami meninggal (26 Sept).

Tapi,bicara perasaan gak banyak yang berubah.

Sedih.....masih.
Kehilangan....masih.
Kecewa.....masih.

Masih juga berharap kalo semua ini hanya mimpi. Bahwa, mami (dan papi) hanya pergi keluar kota dan akan segera kembali membawa oleh2 dengan cerita2 yang remeh dan detil khas mami. Yang dulu paling sebal aku dengar karena menurut aku terlalu bertele2. Tapi, sekarang.....kalo bisa.....seandainya dengan aku berjanji akan berubah dan bersumpah akan lebih sayang sama mami, Tuhan mau menghidupkan mereka kembali.....aku gak keberatan untuk mendengarkan detil cerita kisah2 harian mami. Beneran.

.........

Tapi, ada juga yang aneh.

Kalo diinget2...dalam setahun ini sejak mereka pergi, kenapa ya...aku kog, justru lebih sering inget sama mami daripada sama papi. Padahal sewaktu mereka masih hidup bisa dibilang aku ini 'anak' papi.

Terlalu besarkah penyesalan itu...rasa bersalah karena kurang dekat dan baiknya hubungan aku dengan mami...sehingga sampe terserap ke alam bawah sadarku dan membuat aku seringkali terkenang sama mami, menjadi sedih dan termehek2....

Aku akui, aku memang menyesal. Rasa bersalah itu terlalu dalam. Rasanya, sepanjang umurku perasaan ini gak akan pernah hilang dan akan terus menghantui sisa hidup aku.

I need help. Yes.

Bukan untuk menghilangkan kenangan aku sama mami, tapi untuk membuat perasaan sedih, kehilangan dan menyesal ini membantu aku untuk hidup lebih baik.

Help me, pleaseeeeeee.................

Tuesday, September 08, 2009

Life is short....

"Life is too short and so F*** unfair".

Sebaris kalimat yang aku baca di status facebook salah seorang teman yang kebetulan sepupu suami aku, Shinta.

Membaca itu aku jadi sedih. Bukan karena kalimatnya yang terdengar kasar, tapi karena aku ngerti banget alasan dibalik tulisan itu. Aku sangat mengerti perasaan amarah, kekecewaan, kesedihan, kegalauan dan emosi2 lain yang timbul di hati Shinta karena kehilangan satu2nya adik yang dia miliki.

Adik Shinta, Gita meninggal pertengahan bulan Agustus '09 kemarin. Dirawat di ICU dalam keadaan sadar sampai perlahan2 kehilangan kesadaran, sebelum akhirnya tertidur untuk selamanya. Menyerah kalah karena obat yang diberikan dokter udah gak bisa mengobati bakteri yang ada di paru2 Gita yang fungsinya sejak awal dirawat hanya tinggal 20% akibat penyakit bronchopneumonia (infeksi paru2). Penyakit yang menurut dokter gak terjadi secara tiba2. Tetapi yang gak mungkin juga disangka2 dan mengajukan pemeriksaan secara menyeluruh di tahun2 sebelumnya, kalo Gita sendiri gak pernah merasa sakit yang lebih serius, selain batuk yang kemudian sembuh hanya dengan minum obat batuk biasa.

Siapa yang menyangka?

Sebelumnya Gita adalah seorang wanita muda yang sehat, enerjik, gaul, cantik *banget* dengan pekerjaan dan karir yang oke. Tinggal di Bali, sebuah pulau yang disebut pulau dewata, pulau eksotis yang masih menjadi number one choice tempat favorit liburan hampir semua orang termasuk aku, anak2 dan suami. Semua sempurna, sampai tiba2 Gita mengeluh batuk, panas, dua penyakit yang umum tapi lalu diikuti rasa sesak nafas, and then.....that's it. Perjalanan hidup dia harus berhenti sampai disitu aja.

Siapa yang gak shock?!

Shock banget. Sebuah pukulan besar yang dirasakan keluarga besar termasuk aku yang hanya sepupu ipar. Terlebih karena aku ada di dalam ruang ICU itu pada saat detik2 terakhir dokter memeriksa dan menyatakan semua sudah selesai. Melihat sinyal2 di layar monitor yang semuanya telah flat. Mendengar jerit tangis keluarga dan sahabat dekat Gita yang ikut masuk dalam ruang ICU. Suasana yang mirip sekali dengan dua pengalaman aku terdahulu ketika menemani seorang teman lama yang ibunya udah koma dan ketika mendampingi papi aku di rumah sakit.

Life is short? Yes. We'll never know what will happen next. Seperti gempa yang terjadi tanggal 2 September kemarin, tidak bisa diprediksi, tidak bisa diduga. Itu sebabnya BMG gak pernah bisa kasih informasi yang akurat dan pasti. Karena semua terjadi secara tiba2. Siap atau gak siap.

Life is unfair? Yes. Begitu jawaban aku ketika baru kehilangan kedua orang tuaku hampir setahun yang lalu. Usia mereka masih tergolong muda untuk orang2 tua seangkatan mereka. Tanpa penyakit yang berat kecuali papi yang memang sudah mulai sakit2an. Tapi, masih oke lah.

Sepasang suami istri tetangga papi mami aku di Bandung, dengan umur yang lebih tua dan sudah tidak berdaya karena penglihatan yang kabur, kaki yang sudah tidak bisa menopang tubuh mereka sehingga hanya bisa duduk dan tidur. Berjalan, mandi dan makan harus dibantu orang lain, tetapi sampai saat ini masih hidup. Padahal menurut mereka, mereka sangat berharap untuk bisa 'mati' saja karena sangat tidak nyamannya keadaan tubuh mereka sekarang.

Aku bukan berharap mereka mati, tetapi kenapa orang lain dengan kondisi seperti itu bisa hidup lebih lama sedangkan kedua orang tuaku tidak? Yes, life is truly unfair.

Tetapi....

Kalo pertanyaan itu diulang sekarang ini,....aku gak bisa jawab. Aku hanya bisa percaya dan menyerahkan semua pada Tuhan. Aku belajar untuk menerima kehilangan ini, karena yang punya hidup kita adalah Tuhan. Aku gak berani menggugat otoritas Tuhan. Rencana Dia bukan rencana kita manusia. Jalan2 Tuhan bukan jalan kita. Semuanya misteri, tetapi Tuhan minta kita untuk percaya aja, percaya yang tanpa batas dan menurut sama Dia.

Yang pasti, dengan kesadaran bahwa hidup ini singkat aku berharap aku bisa lebih menghargai dan mensyukuri setiap tarikan nafas yang membuat aku masih hidup saat ini dengan mengumpulkan lebih banyak lagi bekal2 rohani....Karena cuman itu satu2nya harta yang bisa aku bawa nanti pada saat aku pamit dari dunia ini.

after a long time break....

Setelah sempat 'takut' mati karena selesai operasi usus buntu akhir Mei lalu, pergelangan kaki aku keseleo. Belum sembuh udah ketularan cacar air. Sempet juga sakit gigi. Terus, badan seperti gak mau kompromi dengan kegiatan2 baru aku *jadi sopir anak*. Otot2 mulai dari pergelangan kaki, betis, paha, pinggang, bahu dan lengan yang semuanya sebelah kiri sakit semua, ngilu, pegel. Rasanya gak enak banget deh. Takut, kalo ini gejala mau stroke. Baru tenang, setelah kakak iparku bilang kalo stroke itu gak ada gejala. Stroke ya stroke aja...Akhirnya aku bisa juga main2 ke blog aku ini dan bikin postingan baru :).

What a relief.

Stress gak sih? Stress banget.

Tapi, aku belajar merubah pola pikir aku yang tadinya udah pesimis banget. Meng-up grade iman aku. 'Kacamata' aku ganti. Dan, hasilnya lumayan. Aku sekarang lebih sehat. Lebih bergembira dan lebih bersemangat. Seperti pemazmur bilang, "hati yang gembira adalah obat, tapi semangat yang patah mengeringkan tulang."

Usaha juga donk. Periksa ke dokter spesialis syaraf, terapi dan pijet di tempat spa yang awalnya smua itu aku lakukan karena takut, tapi kemudian dengan niat baik untuk lebih sehat, lebih aware sama kesehatan diri aku sendiri, supaya aktivitas aku sebagai teman main anak-anak (dan suami juga) gak terganggu ^_^.

Tapi, satu yang pasti berkat kesehatan, berkat kekuatan dan berkat2 lain semuanya dari Tuhan. Amin deh...:)

"God heals, and the doctor takes the fees"
Benjamin Franklin
Christian graphics