:: see more gadget at the bottom of the page ::

Sunday, May 31, 2009

Thank You....


Berbuat baik, yes. Mengharap balasan, jangan deh.

Kebanyakan orang udah tau rule yang simple ini, tapi tetep aja aku masih suka dengar keluhan dari beberapa orang yang merasa perbuatan baik mereka gak mendapat balasan yang setimpal atau mungkin lebih tepatnya gak sesuai dengan ekspetasi mereka.

Seorang teman, sebut aja A pernah telfon,
A : "Lo udah tau blom si B udah ngelahirin?"
Aku : "Blom. Eh, emang udah ya? Udah pada nengok blom?"
A : "Belom. Biarin deh, nanti aja kapan2."
Aku : "Lho? Kenapa?"
A : "Males ah. Waktu itu aja anak gue masuk rumah sakit, temen2 gak ada yang datang nengok."

Aku cuman membalas dengan ketawa kecil sambil mesem2, karena aku termasuk salah seorang yang absen visit ke rumah sakit walopun sebenarnya aku ke rumah dia juga setelah anaknya keluar dari rumah sakit :).

Pernah juga ada seseorang yang nyeletuk ketika dia sakit, katanya, "Yang datang nengok pasti banyak nih, keterlaluan aja kalo engga, karena aku kan anggota tim visitasi, aku suka nengokkin mereka2 juga."

Kedengaran agak nuntut ya, tapi masih wajar.

Dan sebenarnya memang ada kog, ganjaran untuk setiap perbuatan baik kita. Gak selalu dari orang yang kita pikir 'akan' membalas kebaikan kita sama dia. Orang itu bisa siapa aja dan darimana aja, tapi intinya kita menerima balasan atas perbuatan baik kita.

Emang sih, kadang2 kepikir juga kalo misalnya kita lagi sakit, lagi berduka atau lagi senang baru punya bayi trus teman kita gak bisa datang menghibur, berbagi duka atau suka dengan kita, sebenarnya mereka bisa telfon atau minimal sms kan?! Supaya kita tau mereka care, sama seperti kita udah care sama mereka.

However, aku gak pernah maksa orang untuk baik sama aku. Gak mau nuntut juga, "eh, lo dateng donk nengok gue, kemaren waktu lo sakit kan gue nengok juga." Bebas2 aja, santai2 aja, jangan jadi beban.

Aku juga berusaha kalo baik sama orang itu bukan karena terpaksa, tapi karena aku mau dan tulus melakukannya.

And, to those who had shown their care to me, i'd like to say thank you. That's really highly appreciated. May God bless you all abundantly :).

Friday, May 29, 2009

RR's Birthday....

Dua minggu lalu tanggal 17 Mei 2009, kita ngeraya'in ulang tahun Ryan - Rainer di Mc Donalds Alam Sutera, Serpong.

Waktu milih tempat yang masih di daerang Tangerang dekat dengan rumah, tapi jauh dari rumah beberapa kerabat dan teman, aku sempat mikir2 gitu. Berdasarkan pengalaman, ada yang mengeluh gak bisa datang karena lokasi jauh. Padahal sih, kalo niat, jauh dekat juga pasti diusahakan dateng ya :). Kita juga suka dapet undangan dari Cinere, Cibubur, Kelapa Gading, Bekasi, tapi kalo kita niat ya kita dateng. Berdasarkan pemikiran itu, akhirnya aku memutuskan untuk bikin pestanya di daerah sekitar Tangerang aja deh. Kalo suamiku gak usah ditanya2 lagi, karena dia bukan orang yang suka mikir pikiran/pendapat orang lain (emang bener sih, ngapain repot ya :)), dia berpendapat, kalo tamunya gak bisa datang dengan alasan jauh, ya itu urusan dia, hehe...

Oke, jadi Tempat, Hari dan Tanggal udah confirmed. Paket untuk anak2 dan pilihan menu2 untuk orang tua juga udah. Kue tart dan Badut karakter Grimmache udah dipesan. Kartu undangan udah dicetak, sebagian udah dikirim via e-mail sebagian lagi titip teman dan saudara. Tinggal goody bag aja nih yang perlu disiapin.

Walopun sempat terganggu dengan nyeri di perut bawah dan 2 kali pemeriksaan appendix ke Siloam Hospital minggu itu, aku kuat2-in untuk cari souvenir di ITC BSD. Tadinya mau ke pasar pagi, tapi kawatir gak kuat muter2 disana, kejauhan dan nanti malah sakit pas hari H, jadi belanjanya ke ITC BSD dan Hypermart aja deh. Mungkin agak mahal sedikit, tapi biar gimana kesehatan aku lebih penting kan...:).

Sempet kawatir juga karena hari Jumat malam aku meriang, pusing dan muntah2, tapi puji Tuhan hari Sabtu aku udah sembuh dan sampe hari Minggu aku baik2 aja. Praise The Lord.

Ternyata juga kekawatiran aku soal enggaknya datangnya tamu2 karena pemilihan lokasi gak terlalu terbukti. Memang sih yang bilang jauh dan gak bisa datang ada, tapi akhirnya cuman satu keluarga doang yang gak bisa datang karena alasan jauh itu. Beberapa yang lain, gak bisa datang karena punya acara lain yang gak bisa dicancel dan atau anaknya sakit.

Seru, rame dan berjubel karena selain tamu2 kita, ada customer2 Mc Donald lain juga yang makan disitu.

Dan yang pasti, yang paling penting, Ryan & Rainer were happy. Hip! Hip! Hooray!

Here are some of the pictures:
Sebagian orang tuaSebagian anak-anakSebagian bantal souvenirSebagian kantong snack Ben 10/Batman/Transformer untuk cowo dan Strawberry/Hello Kitty untuk cewe.

Monday, May 25, 2009

Semoga ini yang pertama dan terakhir....

Selasa, 12 Mei lalu aku masih bimbang antara pengen di operasi dan engga. Maunya sih kalo bisa jauh2 dari pisau operasi tapi, apa daya perutnya masih suka sakit. Hilang timbul hilang timbul memang, tapi jadi merusak pikiran: sakit - operasi - gak sakit - gak operasi. Begitu aja terus siklusnya berulang, sampe kebingungan sendiri.

Sempat terpikir juga kalo (mungkin) sakit yang beberapa kali timbul belakangan setelah mastiin appendicitis ke dokter ini cuman sugesti doang. Oke, aku tau dari hasil USG memang ada doughnut sign di area appendix aku, tapi apakah appendicitis harus selalu dioperasi? Engga juga kan?! Ada yang bilang pernah didiagnosa appendicitis tapi gak pernah dioperasi sampe skarang.

Tapi, menurut kakak dan suaminya, dalam kasus aku, aku udah sering mengeluh sakit. Walopun gak sampe kelojotan, tapi itu udah menunjukkan kalo ada peradangan di appendix aku. Ujung2nya harus dioperasi juga. Memang sih sakitnya bisa dikurangi dengan pemberian antibiotik, tapi menurut mereka lagi antibiotik ini gak menghentikan peradangan appendix itu sendiri. Proses peradangan itu tetap ada. Mereka juga tidak menyarankan aku untuk menunggu sampe sakitnya terasa banget seperti beberapa orang lain, karena setelah sakit yang seperti itu kita gak akan tahu berapa lama dari situ appendix-nya akan pecah. Terbukti ada beberapa kenalan yang dalam 4-8 jam setelah kesakitan yang teramat sangat harus segera dioperasi. Saran mereka tanpa bermaksud menakut-nakuti, daripada aku terburu2 harus dilarikan ke rumah sakit mendingan aku rencanakan untuk operasi. Dengan terencana, aku jadi bisa telpon mertua untuk nginep di rumah temenin anak2. Bisa ngatur pendelegasian tugas2 rumah tangga ke pekerja di rumah dan suami aku bisa mengajukan cuti untuk temenin aku selama operasi.

Masuk akal sih...

Okelah, setelah menimbang2 cerita pengalaman beberapa teman dan pendapat serta saran kakak diatas, juga mengingat2 keluhan appendix ini gak cuman sekali aku rasa, aku setuju untuk operasi setelah pesta ulang tahun anak-anak, yang diadakan Minggu 17 Mei 2009.

Senin, 18 Mei 2009, aku bulatkan tekad untuk operasi hari Rabu, 20 Mei 2009, jam 9 wib.

Gak mungkin mundur lagi skarang, walopun hati ini bimbangnya setengah ampun :). Bahkan sampe udah di ruang operasi pun masih aja ragu-ragu, karena hari itu sakitnya hilang. Nah lho!

Ya sudahlah, pasrah aja. Soalnya, setelah operasi appendicitis ini rencananya aku mau fokus sama natural treatment untuk ngilangin batu empedu aku dan lebih rutin lagi olahraga, which is (olahraganya) gak bisa aku laku'in kalo masih sakit usus buntu.

Dengan cantik dan tenang, hehe, aku dilepas masuk ruang persiapan operasi sama my hubby, mami, auntie Lena, ka' cindy, Yuli, Pdt. Joram, Pdm. Janes, (Ko' James dan kak Mayke juga datang setelah aku masuk ruang operasi).

Beruntung, suster2 di ruang operasi baik2. Perhatian dan bikin tenang. Mereka tanya apakah ini operasi pertama aku, aku bilang Ya dan semoga juga sekali ini aja aku ngerasa'in dioperasi, doaku dalam hati.

Suster meminta aku melepas seluruh baju sampe daleman juga dan menggantinya dengan selembar baju rumah sakit yang lebih sering cuman seperti asal tempel aja karena tali pengikat di bagian belakang baju sering lepas. Menyuruh aku berbaring dan kemudian meminta ijin untuk memasang infus di tangan kiri aku. Suster yang lain mengajukan beberapa pertanyaan isian formulir. Dan suster yang lain lagi bertanya apakah aku mau nonton atau dengar musik. Setelah semuanya selese, aku balik tanya, "Boleh ke belakang gak? Aku pengen pipis..." :)

Hehe..., ke belakang sampe dua kali. Nervous banget. Apalagi waktu kemudian ada yang menegur aku yang harusnya puasa total malah minum setengah gelas air putih pagi sebelum ke rumah sakit (belakangan aku tau dia dokter anestesi), katanya, "Ibu niat operasi gak sih?! Kenapa ibu minum? Ibu tau, kenapa orang yang mau dioperasi harus puasa? Supaya pada saat operasi ibu tidak muntah." Awalnya dia bicara dengan nada agak tinggi tapi lalu menjelaskan lebih jauh dengan nada lebih rendah. Ow, ow, aku juga gak tau mo bilang apa. Aku memang salah, aku gugup, trus gimana?! Apa ini pertanda supaya operasi batal? Hehehe...ternyata engga, karena salah seorang suster kemudian datang menyuntikkan satu cairan lewat infusan aku yang katanya harus diberikan karena kasus minum itu. Oh dear...

Ketika kemudian aku masuk ruang operasi aku semakin pasrah. Aku diminta untuk memiringkan badan karena mereka akan memberikan suntikan bius di punggung aku. Tangan kiri aku diletakkan disebuah papan dan diikat, begitu juga tangan kanan dengan tambahan alat pengukur tensi kalo gak salah. Aku merasa seperti disalib dan gak bisa berontak, oh, oh. Gak lama setelah itu aku gak bisa merasakan kaki dan perut aku lagi. Udah pasti sayatan operasi gak akan terasa, tapi....aduh! Aku gak bisa engga merasakan suhu ruangan yang dingiiiin banget! Please deh. Aku gak kuat, aku mendingan dibius total tadi daripada gemetaran seperti ini. Bener2 dingin, walopun mereka udah nambahin kain2 lagi buat menghangatkan badan aku, tetep aja...dinginnya ampun-ampun deh. Aku bisikkin suster untuk bikin aku tidur, dan sepertinya dia masukkin cairan lagi lewat infusan aku. Tapi,kenapa dingin masih terasa ya...

Lega, ketika akhirnya aku mendengar dokter anestesinya berbisik, "Operasinya sudah selesai ya bu..." Rasanya pengen teriak, "Ya udah, ayo cepetan keluarin aku dari freezer ini!".

Harusnya, aku masih di ruang persiapan operasi lagi, tapi karena aku mengeluh dingin mereka putuskan untuk membawa aku ke ruang perawatan aja. Beruntung, aku gak merasa mual, muntah setelahnya.

Aku gak tau jam berapa operasinya waktu itu selesai, juga gak nanya2. Yang aku tau waktu aku digiring masuk ke ruang operasi jam di dinding menunjukkan pk 09.20. Logikanya kalo operasinya cuman 45 menit ++ persiapan atau kurang mustinya waktu selesai operasi tadi kira2 jam 10.30 donk ya...Masuk kamar kira2 jam 11. Trus, jam 13.30 mulai deh rasa sakit yang menyayat-nyayat terasa di bagian perut. Rupanya, efek biusnya udah mulai hilang. Sebelnya, bagian kaki masih baal, jadi niat mengurangi rasa sakit di perut dengan mengangkat kaki atau muter badan dikiiit aja, ga bisa. Huhuhuuuu, pengen nangis. Tapi, malu...

Bahkan, kedatangan anak2 untuk bezuk gak bikin rasa perih, sakit, dan ngilunya berkurang. Aku cuman bisa meringis dan senyum2. Kasian anak2...Abis, gimana lagi. Aku juga gak nyangka kalo sakitnya seperti ini. Aku pikir aku kuat, karena dulu waktu selese melahirkan anak2 dengan cara normal aku udah bisa bebas bergerak. Aku menyesal dulu sempat pernah berpikir mau melahirkan dengan cara caesar. Ternyata, dimana2 lebih enak normal, walopun ada proses jahit karena episiotomy, tapi tetep aja gak sesakit ini, malah proses sembuhnya lebih cepet juga. Gak harus puasa, dan gak harus tunggu buang angin dulu baru bisa makan pasca operasi, hehe :). Untungnya, jam 7.30 malam aku udah dibolehin makan walopun belum buang angin. Aku bilang perut aku udah kriuk2, waktu dokter jaga yang meriksa bilang perut aku blum ada bunyinya. Syukur dia percaya, walopun aku memang ngomong jujur tapi siapa tau aja dia pengen bukti kan...:).

Setelah dua hari di Siloam Hospital, aku boleh pulang. Sempet sedih juga, karena Rainer minta gendong tapi aku gak bisa, yang ada dia lari masuk kamar, tengkurap di lantai sambil menangis tersedu2. Ya ampun, Rainer...maafin mami deh :(.

Praise The Lord aku bisa melewati semua itu. Sekarang, rasanya udah lebih mendingan. Udah bisa duduk, cek e-mail, buka fb dan blogging :).

Bener2 suatu pengalaman baru yang gak akan aku lupa'in. Yang gak akan juga aku rekomendasikan sama orang2 kecuali memang operasi adalah HARUS, jalan satu2nya dan yang terbaik :).

Thanks God...

Monday, May 18, 2009

Nyekar...


Nyekar, 10 Mei 2009.


Added on 29th May' 09:
Dapat sms dari salah seorang tanteku yang nyekar 28/5, katanya pot2 bunga ini udah gak ada lagi alias udah hilang. Gak tau diambil siapa...Tapi kira2 udah jelas siapa yang bertanggung jawab. Sedih deh :(.

Wednesday, May 13, 2009

Dapet Bonus.....

USG @ Siloam Hospital buat masti'in Appendicitis.

Ternyata positif.

Plus, dapat bonus: batu empedu. Auwh!

Tuesday, May 12, 2009

Appendicitis

Sakit perut sejak semalam. Tepatnya di bagian kanan bawah perut. Ngga sakit banget sih (istilahnya sakit tumpul), tapi terasa...dan rasanya teruuus ada sampe pagi tadi (seingat aku, 1 bulan lalu aku pernah juga sakit begini. Waktu itu malah lebih sakit dan terasa dari pinggang belakang sampe perut kanan bawah).

Telpon kakak. Kasih tau keluhan aku dan kakak kasih analisa diagnosanya.

"kamu usus buntu kronis. Sama kayak Andrew. Sakitnya ilang timbul-ilang timbul."
"Jadi gimana donk. Periksa ke dokter siapa?"
"Dokter Rudi aja."
"Dokter bedah?"
"Iya. Soalnya kamu pasti usus buntu tuh."

Gak berharap sakit ini lebih buruk dari usus buntu jadi ya udahlah, ikutin saran kakak ke dokter bedah.

*Kenapa gak ke internis? Karena, ternyata usus buntu tuh emang bagian dari bedah bukan internis. Kalo dari bedah trus baru mau periksa ke internis, artinya turun tangga. Kata kakak, "prosedurnya jadi terbalik."*

Setelah me-reschedule agenda hari ini (cieee...kesannya deh, sok sibuk :p) aku ke Siloam Hospital. Hasilnya, diagnosa dr Rudy sama dengan diagnosa kakak: radang usus buntu (appendicitis).

"Ini dikasih antibiotik juga sakitnya bisa berkurang, tapi pasti akan kambuh lagi. Jadi, saya sarankan sebaiknya kalo udah ada waktu dioperasi aja."
"Gitu ya....Iya, mungkin nanti aja deh soalnya minggu ini saya gak bisa, mo pesta ulang tahun anak2."
"Oh, kapan?"
"Hari Minggu."
"Gak masalah, selama sakitnya gak bertambah. Kan, repot juga kalo sakitnya malah tambah berasa justru pas hari Minggu," kata dokter.

He-eh, iya sih, gak lucu banget kalo begitu :p.

Besok aku di USG. Tadi, gak sempet (alias kelupaan :p), karena pengen buru2 pulang, istirahat dan banyak minum air putih. Anyway, kalo hasil USG harus cepet dioperasi, mungkin aku akan langsung masuk ruang operasi. Katanya kalo mo recovery-nya lebih cepat pembedahannya bukan pembedahan seperti biasa secara terbuka, tapi dengan pembedahan semi-tertutup (Laparascopy).

Aku belum tau mau yang mana. Pastinya sih liat hasil USG besok. Kalo urgent, ya udah terpaksa Laparoscopy, supaya cepet sembuh, karena aku masih harus beresin beberapa hal untuk persiapan pesta ulang tahun Ryan-Rainer hari Minggu ini di Mc Donald's, Alam Sutera, Serpong.

Bukannya mo dirasa-rasa, tapi....sakitnya emang masih kerasa nih. Ya udah, mo rebahan dulu sambil ngintip serial korea "Again, My Love", main gak hari ini di KBS channel. Perasaan, dulu tiap serial baru tayang di prime time hari Selasa sampe Kamis, tapi belakangan kog cuman tayang dua hari ya, Rabu & Kamis doang...:)


image taken from fotosearch.com

Saturday, May 09, 2009

Pintu oh pintu...


Ternyata, kalo ganti pintu walopun itu cuman pintu kamar mandi ribet juga ya...

Aku sampe udah 2 hari ini harus menunda beberapa urusan ke luar rumah karena 'merasa' harus perhatiin tukang bongkar pasang kusen-pintu yang feeling aku bakal gak beres ngerjain urusan bongkar dan pasang ini. Dan, ternyata bener banget. Huhuuu....

Padahal kata tukang kusennya, bongkar pasang kusen sehari doang, hari berikutnya tinggal pasang pintu. Ternyata gak bener tuh! Hehe...

Dia juga bilang, "ibu tinggal tau beres". Ternyata, belakangan setelah kasih dp alias down payment aku masih harus keluarin biaya lagi untuk handle dan grendle pintu juga plitur!

Buat pengalaman deh, kalo mau ganti pintu pake pintu kayu, pada saat ke tukang kusen / pintu nih dia hal2 yang harus ditanyakan supaya gak nyesel belakangan dan gak over budget:

- apakah biayanya udah termasuk tukang bongkar dan pasang kusen?
Karena, ternyata buat si penjual kerjaan mereka cuman bikin kusen dan pintu, dianter ke customer, pasang pintu trus udah. Untuk bongkar dan pasang kusen kita harus cari tukang yang lain.

- handle pintu. Apakah udah sekalian dari mereka atau harus kita yang siapkan as well as grendel pintu.
Karena menurut si tukang kusen dua alat ini harus kita siapkan sendiri.

- pintu udah diplitur ato belom.
Ini yang paling fatal, karena kalo sampe ketahuan belakangan seperti aku gini, mau di p-h-k kan gak bisa juga, selain udah kasih d/p tukangnya juga udah kerja bongkar dan pasang kusen. Tanggung mo disuruh brenti. Yang ada tinggal segunung kekesalan karena merasa 'tertipu' dan musti keluarin uang lagi untuk ongkos plitur dan tukang plitur pintu!

Belum lagi, setelah ganti pintu dan kusen masalah ternyata masih belum selesai, karena masih ada tembok2 sekitar pintu yang harus dicat ulang karena kotor kena acian semen dan cap tangan si tukang. Nah, itu dia, kenapa juga si tukang musti tinggalin cap tangan segala. Dan kenapa juga musti tinggalin 'kenang2an' sekotak keramik di tembok yang pecah setengahnya? Bener2 rugi bandar nih.

Ini udah hari ke-4. Janjinya si tukang kusen semuanya mo diberesin hari ini, tapi apa bisa? Pintu belum terpasang...., acian semen di kusen rontok sebagian...., pintu blum diplitur....

Oh dear, masa harus tahan2 gak b-a-b lagi? :)

Wednesday, May 06, 2009

Sorry Mam...

Harusnya Sabtu kemaren kita nyekar ke kuburan mami papi. Kebetulan mami ulang tahun tgl 3 Mei yang jatuhnya pas hari Minggu. Walaupun dia udah gak 'disini', tapi aku pengen aja gitu bisa ke kuburannya hari itu :).

Sayang, pagi jam 1 gitu Rainer panas. Jam 2.30 am baru dia mau minum obat.

Wah, kalo anak sakit begini sih udah pasti bakal batal pergi. Gak mungkin kan maksa bawa anak yang lagi sakit untuk pergi ke luar kota buat nyekar pula. Jadi ya udahlah, walaupun panasnya udah agak turun aku tetap gak berani maksa'in pergi.

Sedih juga, karena ternyata sampe mami udah gak ada juga aku tetap gak bisa nyenengin dia, gak bisa dateng pas dia ulang tahun...*what a silly thought :)*

Sempet kepikiran juga sih apa kuburannya dipindahin ke yang deket2 aja? Kalo di Jawa gini kan repot. Jauh. Minimal 6 jam perjalanan darat baru sampe. Tapi, ada temen yang bilang kalo orang udah meninggal dan dikubur ya udah aja biarin disitu. Selain gak baik juga dipindah2in, trus apakah generasi setelah kita bakal seperhatian itu sama kuburan buyutnya?

"Paling juga cuman 3 generasi yang masih liatin (nyekar) kuburan kita", kata temen aku lagi.

Iya, bener juga sih...

Apa boleh buat, karena jaraknya jauh, untuk nyekar ke kuburan mami papi mungkin aku cuman bisa 2 kali dalam setahun. Syukur2 kalo bisa lebih.

"Mother is the name for God in the lips and hearts of little children."
William Makepeace Thackeray
Christian graphics