:: see more gadget at the bottom of the page ::

Thursday, October 22, 2009

"Well done is better than well said"
Benjamin Franklin

Yeah, rite. I found it's very difficult to do as what I've wrote on my previous postings...:p.

Gak mudah menghilangkan pikiran2 negatif kalo badan lagi sakit, gak mudah mengerti kalo jalan terbaik dari Tuhan adalah 'mengambil' orang tua yang kita sayang, gak mudah untuk mengangkat badan ini dari tempat tidur dan menikmati sejuknya udara pagi....

Hidup ini memang proses belajar ya....ada teori ada praktek. Dua item penting yang harus berjalan selaras gak boleh berat sebelah.

Hope I'm not talk too much....:p

Saturday, October 17, 2009

Good Morning....

"Early to bed and early to rise makes a man healthy, wealthy and wise"
Benjamin Franklin


Seperti biasa, seperti pagi2 yang lain, aku terbangun jam 4.30 am (kadang2 sih lebih subuh) oleh alarm rengekan si kecil yang mulai kelaparan pertanda minta 'ngedot' :p.

Biasanya gak pernah perhatiin langit, karena sementara nungguin Rainer minum susu, aku merem. Lumayan kan bobo2 ayam 5 menit :). Dan begitu urusan susu menyusui kelar aku tidur lagi stengah jam. Baru bener2 bangun jam 6 pagi.

Matiin lampu2, menggeser gordyn dan menyangkutkan tali kaitnya, buka pintu depan, melakukan apa yang biasa dilakukan oleh ibu2 rumah tangga. That's it. Boro2 menikmati suasana baru pagi hari, melihat2 aja lebih dari 1 menit gak sempet a.k.a gak pernah disempet2in :p.

Melihat dari jendela kamar juga gak pernah. Mau lagi di rumah atau di hotel selalu begitu apalagi gordyn kamar selalu kita tutup.

Tapi kali ini berbeda. Gordyn kamar hotel gak kita tutup. Entah lupa, entah kecapean, entah karena semalam masih asyik lihat keramaian kota Bandung dari kamar atau karena letak kamar kita yang berada di lantai 10 hotel Novotel, jadi kita pikir gak mungkin lah ada orang iseng ngintip2,...atau mungkin juga karena ketika tiba di Bandung kemaren sore kita udah dihebohkan dengan berita ada gempa (lagi) yang pusatnya di Banten dengan kekuatan 6.4 SR, jadinya sempet serem gitu, berpikir bahwa kalau ada apa2 kita bisa loncat, eh...enggalah, make sure dengan ngintip ke luar kamar hotel :D *mmm...mungkin gak sih sempet2in ngintip keluar jendela kalo gempa bener2 terjadi. Kayaknya gak mungkin...:)*

Pastinya sih karena gordyn kamar gak ditutup aku jadi bisa lihat perubahan warna langit dari mulai jam 5am. Cantik banget. Langit yang semula gelap perlahan2 bergradasi dengan warna abu2 muda dan biru muda. "Lihat deh Ry, langit mulai terang. Udah pagi nih," kataku pada Ryan yang ikut2an terbangun. Terlihat satu sisi langit mulai berwarna kuning lembut. Tanda matahari akan segera menampakkan diri. Aku melirik jam tangan yang kuletakkan di meja nakas samping tempat tidur. Benar dugaanku, udah jam 6.

Rasanya udah lama banget aku gak melihat dan menikmati pagi seperti ini. Walaupun hanya dari dalam kamar, tapi suasananya 'dapet'. Mungkin karena kamar kita diatas juga, jadi terasa dekat dengan langit *lebay deh :p*.

Aku jadi inget dulu waktu masih remaja gitu, mami selalu mengajak aku untuk bangun pagi, libur atau gak libur. Kata mami udara pagi bagus untuk paru2. Segar. Bersih. Bebas polusi. Selain tentunya untuk kasih tau aku kalau orang tuh gak boleh jadi pemalas. Bangun siang buat mami identik dengan pemalas. Mami selalu ngatain "bonto" kalo aku bangun siang, yang sampe sekarang aku gak inget juga artinya apa. Pokoknya kalo suka bangun siang ya sebutannya 'bonto' :p.

Walau begitu tetep aja aku lebih suka dan lebih sering berada di tempat tidur, menghangatkan diri dalam balutan selimut. Enak banget, nyaman sekali....

Tapi, belakangan aku mulai suka menikmati indahnya pagi hari. Dalam keheningan aku seperti dapat merasakan kehadiran Tuhan. Dan secara otomatis bersyukur atas keberadaanku.

Ngga terhitung udah berapa banyak pagi yang aku buang karena kemalasan dan keenggananku meninggalkan tempat tidur. Tetapi, betapa aku sangat bersyukur karena masih bisa diberi kesempatan merasakan nikmat hidup ini melalui terbitnya pagi.

Thank you Lord :).

Friday, October 16, 2009

A Year Has Passed By...

Bersiap2 ke Bandung. Kebaktian satu tahun meninggalnya mami papi.

Setelah pro dan kontra mau diadakan atau tidak, akhirnya kakak aku dari Manado datang dan mengkoordinir acaranya.

Lega deh.

Padahal mami papi udah gak di dunia ini lagi. Mereka gak tau kita bikin kebaktian buat mereka atau tidak. Mereka juga nggak tau kita berkunjung ke makam mereka, membawa bunga yang cantik2 atau gak. Mereka gak peduli lagi bahkan walau mereka mau. Mereka gak bisa dengar kata, "i love you mom, i love you pap," yang sering aku desahkan pelan...atau kenceng juga. Mereka gak tau aku punya blog ini yang aku buat setelah mereka 'pergi', yang sebagian besar isinya adalah ungkapan perasaan aku untuk mereka.

Mereka udah berupa jasad. Gak tau apa-apa lagi.

Tapi, anehnya...aku senang kalo setiap nyekar bawa bunga warna kuning, warna kesukaan mami. Bunga2 yang harganya agak mahal, yang ketika dia hidup rasa2nya blum pernah aku berikan. Aku puas kalo bisa menyiapkan konsumsi untuk acara2 peringatan meninggalnya mami papi dengan baik. Aku merasa bersalah kalau tidak ada kebaktian dan itu sebabnya sekarang aku lega karena kebaktian satu tahun jadi diadakan.

Malam ini akan menjadi hari pertama aku menginjakkan kaki lagi di rumah mami papi sejak November 2008.

Gak mau ngebayangin bagaimana rasanya berada di rumah peninggalan mami papi. Walaupun kenangan di rumah itu gak terlalu banyak karena dulu kita sering berpindah2 kota dan rumah, tapi itu rumah terakhir mereka ketika masih hidup. Rumah yang dibeli dan direnovasi dari hasil keringat papi selama ini. Rumah kebanggaan mami papi. Yang sengaja mereka bangun dengan jumlah kamar sesuai jumlah anak2nya, supaya ketika mereka pensiun nanti anak2 bisa tetap kumpul disana. Rumah yang berada di kota Bandung, kota pilihan anak2 mereka. Bukan kota Manado, tempat lahir papi atau kota Tegal tempat lahir mami. Tetapi, yang ternyata mereka dapati sepi karena semua anaknya tinggal terpisah dan beberapa berada di kota lain...sigh.

Semoga nanti aku gak terlalu sedih. Semoga nanti kesedihanku berganti dengan sukacita. Semoga penyesalanku bisa berkurang. Semoga.....

Dalam suatu persekutuan doa yang aku ikuti, Pendetanya bertanya: hal apa yang paling kita syukuri kita miliki dalam hidup kita? Aku berpikir. Dan aku menemukan jawabannya adalah.....orangtuaku.

Ya, orangtuaku. Mereka adalah hal yang paling aku syukuri aku miliki di dunia ini. Tanpa mereka aku gak mungkin ada. Tanpa kasih sayang mereka aku gak akan bertumbuh menjadi aku sekarang. Tanpa kesabaran mereka aku gak akan pernah selesai belajar menjadi manusia. Tanpa pengertian mereka aku tidak akan pernah bisa mengerti orang lain. Tanpa didikan mereka aku akan selalu menganggap kejahatan harus dibalas dengan kejahatan. Menyesal, aku baru menyadari dan mengakuinya sekarang.

Ampun deh...kenapa juga penyesalan harus datang belakangan yaaah....

Buat yang masih punya orang tua, apapun keadaan mereka, kekurangan mereka, mereka cuma manusia biasa sama seperti kita. Terimalah mereka apa adanya. Sayangi mereka, terlebih saat mereka tua. Karena kita pun kalau diberi umur panjang akan mencapai masa tua itu. Masa yang membuat kita letih karena kekuatan tubuh kita melemah, kemampuan organ2 tubuh kita berkurang, kemampuan berpikir dan mengerti yang sudah mencapai batas maksimum sebagai orangtua *sehingga bukan tidak mungkin kita akan dibuat bingung melihat tingkah anak muda generasi berikutnya, sama seperti kebingungan yang kita buat pada orang2tua kita sekarang ini*, semangat yang memudar, dan apa lagi...you name it.

Tapi pleasee.....mereka, orang2 tua, bukannya tidak punya semangat lagi. Kitalah yang sering mematahkan semangat mereka. Mengatakan mereka sudah tua, sebaiknya tidak usah begini tidak usah begitu. Mentertawakan bila mereka mempunyai mimpi. Mengurung mereka di rumah dengan tugas menjaga cucu. Mencegah mereka bepergian dengan alasan rumah adalah tempat teraman buat mereka. Membuat mereka menjadi orang tua seperti 'cetakan' / steorotip yang udah ada selama ini. Tubuh mereka memang lemah, tapi jiwa mereka gak pernah berubah. Jiwa mereka akan mati kalau anak2 mereka tidak mencintai, menunjukkan rasa hormat dan penghargaan yang layak buat mereka.

.............

Semoga dosa2ku diampuni.

Thursday, October 15, 2009

Never think delay...

"You may delay, but time will not"
Benjamin Franklin


Belakangan lagi sering terlambat anter Ryan ekskur.

Entah, keenakan karena bulan ini dia masuk shift siang, sehingga separuh pagi hari bisa aku gunakan untuk browsing internet, sekedar santai aja atau praktekkin resep masakan Ny. Liem (yang menurut aku dari sekian banyak buku2 resep masakan, buku resep milik Ny. Liem adalah yang paling 'bener'. Hasil rasa masakannya 'gak bo'ong' buat aku yang masih *juga* belajar masak. Enak dan pas. Dibandingkan buku resep masakan lainnya, yang udah capek2 dipraktekkin ternyata rasanya....huuu...jauh banget. Bikin bete aja :p).

Aku pikir aku bisa atur waktu. Bersiap2 mandi, dll 30 menit sebelum batas waktu maksimum untuk nganter Ryan tiba. Dengan gerakku yang gesit aku pasti bisa mengungguli gerak si jarum panjang yang terlihat bergeser pelan per satu kali detakan.....tek.

Seperti di film2 action tuh. Bom yang tinggal beberapa menit lagi meledak tetap masih bisa dijinakkan, padahal sebelumnya si tokoh utama masih harus beradu otot dulu alias fight sama bad guys-nya atau apalah situasi kritisnya yang disuguhkan oleh produser, oleh the movie maker. Sepertinya waktu menunggu 'banrol'nya (istilah jadul untuk si jagoan, tokoh utama, tapi gak tau spell-nya gimana ;p). Seolah memberi kesempatan pada si patriot berjubah putih untuk menyelesaikan pertarungannya dan menjinakkan bom. And at the end, as you can guess, good guys always win :).

Pikiran yang amat sangat bodoh, berkiblat pada film2, karena pada kenyataannya aku gak pernah berhasil mematahkan waktu yang hanya setengah jam. Aku butuh lebih dari 30 menit, karena selalu saja ada godaan untuk melakukan hal2 lain sebelum mandi dan bersiap2, misalnya: buka fb, baca update status temen2, nimbrung isi kolom komentar, etc, etc. Kalo udah begini ceritanya jadi paaaanjaaaang dan laaamaaaaa.....:p

Hasil akhirnya ya udah ketebak: terbirit2 masuk mobil.

Rencana pengen sayang2 mobil dengan tidak kebut2an jadi hanya tinggal rencana, karena mau gak mau gas harus dikencengin demi untuk bisa meminimize jam terlambat Ryan sampe di sekolah, heheheee....:p.

Manfaatkan waktu.

Seharusnya 24 jam itu bisa diisi dengan banyak hal, asal kita gak menunda2 kerjaan.

Berdoa, baca Alkitab, baca renungan pagi.....hal2 yang sering banget aku abaikan dan kalo ingetpun dilakukan sambil nyambi.....*hehee, biar Tuhan dan aku aja yang tau :p*.

Yah, semoga seringnya aku keteteran dengan waktu bulan ini bisa aku perbaiki. Start from today! Okeh, ngeblognya udahan dulu ya....

Wednesday, October 14, 2009

merah, kuning, hijau.....

Enak juga rasanya pake baju dengan warna yang lebih cerah: pink, orange, kuning....:). Rasanya lebih fresh dan lebih 'hidup' setelah bertahun2 lebih suka dengan outfit warna netral.

Waktu kerja dulu pernah juga sih, sekali, pake baju warna pink ungu gitu, dan hasilnya.....sepanjang hari itu teman2 kerja ngeledek, bertanya2 'ada apa gerangan' dan wondering hari itu hari spesial aku dengan seseorang. Huh. Hehehee...:p.

So, balik lagi deh ke warna2 aman, warna2 netral. Warna yang rasanya lebih cocok buat aku yang gak terlalu suka diperhatiin orang :p.

Apalagi ketika setahun lalu mami papi meninggal. Semakin banyak aja deh tuh koleksi baju2 aku berwarna hitam. Yang karena gak ada pilihan, mau pergi kemana2 juga pasti ada warna hitamnya :).

Sampai suatu hari kakak iparku komentar, "kalo ke rumah sakit sebaiknya pake warna2 cerah, supaya aura negatif yang ada dirumah sakit bisa diminimize."

Ya, okelah, bukan ide yang buruk, jadinya setiap kali mau ke rumah sakit aku berusaha mengingatkan diriku sendiri untuk gak pake baju2 warna hitam. Alhasil pilihan aku jatuh ke warna abu2, putih, biru dan coklat, karena memang cuman warna2 itu yang aku punya selain hitam :).

Tapi, sekarang koleksi baju aku udah lebih berwarna sedikit. Awalnya, karena mami mertua yang bawa'in oleh2 kaos Giordano dari Singapore untuk suami tapi kekecilan. Karena sayang gak dipake, aku pikir buat aku aja. Tadinya sempat mikir2 juga sih, karena warnanya kog kuning ya. Tapi, pikir2 lagi, gak apa2 lah. Cuman dipake waktu antar jemput anak sekolah ini :p.

Ternyata oh ternyata, kaos itu cukup sering juga aku pake dan gak cuman waktu antar jemput anak sekolah aja.

Aku suka perasaan yang timbul waktu lagi make atasan warna pink, orange, kuning.....rasanya lebih bersemangat dan 'sehat'.

Lain kali mau coba juga ah beli warna merah, hijau dan ungu :).

Wednesday, September 30, 2009

Help Me....

Gak kerasa udah satu tahun berlalu sejak mami meninggal (26 Sept).

Tapi,bicara perasaan gak banyak yang berubah.

Sedih.....masih.
Kehilangan....masih.
Kecewa.....masih.

Masih juga berharap kalo semua ini hanya mimpi. Bahwa, mami (dan papi) hanya pergi keluar kota dan akan segera kembali membawa oleh2 dengan cerita2 yang remeh dan detil khas mami. Yang dulu paling sebal aku dengar karena menurut aku terlalu bertele2. Tapi, sekarang.....kalo bisa.....seandainya dengan aku berjanji akan berubah dan bersumpah akan lebih sayang sama mami, Tuhan mau menghidupkan mereka kembali.....aku gak keberatan untuk mendengarkan detil cerita kisah2 harian mami. Beneran.

.........

Tapi, ada juga yang aneh.

Kalo diinget2...dalam setahun ini sejak mereka pergi, kenapa ya...aku kog, justru lebih sering inget sama mami daripada sama papi. Padahal sewaktu mereka masih hidup bisa dibilang aku ini 'anak' papi.

Terlalu besarkah penyesalan itu...rasa bersalah karena kurang dekat dan baiknya hubungan aku dengan mami...sehingga sampe terserap ke alam bawah sadarku dan membuat aku seringkali terkenang sama mami, menjadi sedih dan termehek2....

Aku akui, aku memang menyesal. Rasa bersalah itu terlalu dalam. Rasanya, sepanjang umurku perasaan ini gak akan pernah hilang dan akan terus menghantui sisa hidup aku.

I need help. Yes.

Bukan untuk menghilangkan kenangan aku sama mami, tapi untuk membuat perasaan sedih, kehilangan dan menyesal ini membantu aku untuk hidup lebih baik.

Help me, pleaseeeeeee.................

Tuesday, September 08, 2009

Life is short....

"Life is too short and so F*** unfair".

Sebaris kalimat yang aku baca di status facebook salah seorang teman yang kebetulan sepupu suami aku, Shinta.

Membaca itu aku jadi sedih. Bukan karena kalimatnya yang terdengar kasar, tapi karena aku ngerti banget alasan dibalik tulisan itu. Aku sangat mengerti perasaan amarah, kekecewaan, kesedihan, kegalauan dan emosi2 lain yang timbul di hati Shinta karena kehilangan satu2nya adik yang dia miliki.

Adik Shinta, Gita meninggal pertengahan bulan Agustus '09 kemarin. Dirawat di ICU dalam keadaan sadar sampai perlahan2 kehilangan kesadaran, sebelum akhirnya tertidur untuk selamanya. Menyerah kalah karena obat yang diberikan dokter udah gak bisa mengobati bakteri yang ada di paru2 Gita yang fungsinya sejak awal dirawat hanya tinggal 20% akibat penyakit bronchopneumonia (infeksi paru2). Penyakit yang menurut dokter gak terjadi secara tiba2. Tetapi yang gak mungkin juga disangka2 dan mengajukan pemeriksaan secara menyeluruh di tahun2 sebelumnya, kalo Gita sendiri gak pernah merasa sakit yang lebih serius, selain batuk yang kemudian sembuh hanya dengan minum obat batuk biasa.

Siapa yang menyangka?

Sebelumnya Gita adalah seorang wanita muda yang sehat, enerjik, gaul, cantik *banget* dengan pekerjaan dan karir yang oke. Tinggal di Bali, sebuah pulau yang disebut pulau dewata, pulau eksotis yang masih menjadi number one choice tempat favorit liburan hampir semua orang termasuk aku, anak2 dan suami. Semua sempurna, sampai tiba2 Gita mengeluh batuk, panas, dua penyakit yang umum tapi lalu diikuti rasa sesak nafas, and then.....that's it. Perjalanan hidup dia harus berhenti sampai disitu aja.

Siapa yang gak shock?!

Shock banget. Sebuah pukulan besar yang dirasakan keluarga besar termasuk aku yang hanya sepupu ipar. Terlebih karena aku ada di dalam ruang ICU itu pada saat detik2 terakhir dokter memeriksa dan menyatakan semua sudah selesai. Melihat sinyal2 di layar monitor yang semuanya telah flat. Mendengar jerit tangis keluarga dan sahabat dekat Gita yang ikut masuk dalam ruang ICU. Suasana yang mirip sekali dengan dua pengalaman aku terdahulu ketika menemani seorang teman lama yang ibunya udah koma dan ketika mendampingi papi aku di rumah sakit.

Life is short? Yes. We'll never know what will happen next. Seperti gempa yang terjadi tanggal 2 September kemarin, tidak bisa diprediksi, tidak bisa diduga. Itu sebabnya BMG gak pernah bisa kasih informasi yang akurat dan pasti. Karena semua terjadi secara tiba2. Siap atau gak siap.

Life is unfair? Yes. Begitu jawaban aku ketika baru kehilangan kedua orang tuaku hampir setahun yang lalu. Usia mereka masih tergolong muda untuk orang2 tua seangkatan mereka. Tanpa penyakit yang berat kecuali papi yang memang sudah mulai sakit2an. Tapi, masih oke lah.

Sepasang suami istri tetangga papi mami aku di Bandung, dengan umur yang lebih tua dan sudah tidak berdaya karena penglihatan yang kabur, kaki yang sudah tidak bisa menopang tubuh mereka sehingga hanya bisa duduk dan tidur. Berjalan, mandi dan makan harus dibantu orang lain, tetapi sampai saat ini masih hidup. Padahal menurut mereka, mereka sangat berharap untuk bisa 'mati' saja karena sangat tidak nyamannya keadaan tubuh mereka sekarang.

Aku bukan berharap mereka mati, tetapi kenapa orang lain dengan kondisi seperti itu bisa hidup lebih lama sedangkan kedua orang tuaku tidak? Yes, life is truly unfair.

Tetapi....

Kalo pertanyaan itu diulang sekarang ini,....aku gak bisa jawab. Aku hanya bisa percaya dan menyerahkan semua pada Tuhan. Aku belajar untuk menerima kehilangan ini, karena yang punya hidup kita adalah Tuhan. Aku gak berani menggugat otoritas Tuhan. Rencana Dia bukan rencana kita manusia. Jalan2 Tuhan bukan jalan kita. Semuanya misteri, tetapi Tuhan minta kita untuk percaya aja, percaya yang tanpa batas dan menurut sama Dia.

Yang pasti, dengan kesadaran bahwa hidup ini singkat aku berharap aku bisa lebih menghargai dan mensyukuri setiap tarikan nafas yang membuat aku masih hidup saat ini dengan mengumpulkan lebih banyak lagi bekal2 rohani....Karena cuman itu satu2nya harta yang bisa aku bawa nanti pada saat aku pamit dari dunia ini.

after a long time break....

Setelah sempat 'takut' mati karena selesai operasi usus buntu akhir Mei lalu, pergelangan kaki aku keseleo. Belum sembuh udah ketularan cacar air. Sempet juga sakit gigi. Terus, badan seperti gak mau kompromi dengan kegiatan2 baru aku *jadi sopir anak*. Otot2 mulai dari pergelangan kaki, betis, paha, pinggang, bahu dan lengan yang semuanya sebelah kiri sakit semua, ngilu, pegel. Rasanya gak enak banget deh. Takut, kalo ini gejala mau stroke. Baru tenang, setelah kakak iparku bilang kalo stroke itu gak ada gejala. Stroke ya stroke aja...Akhirnya aku bisa juga main2 ke blog aku ini dan bikin postingan baru :).

What a relief.

Stress gak sih? Stress banget.

Tapi, aku belajar merubah pola pikir aku yang tadinya udah pesimis banget. Meng-up grade iman aku. 'Kacamata' aku ganti. Dan, hasilnya lumayan. Aku sekarang lebih sehat. Lebih bergembira dan lebih bersemangat. Seperti pemazmur bilang, "hati yang gembira adalah obat, tapi semangat yang patah mengeringkan tulang."

Usaha juga donk. Periksa ke dokter spesialis syaraf, terapi dan pijet di tempat spa yang awalnya smua itu aku lakukan karena takut, tapi kemudian dengan niat baik untuk lebih sehat, lebih aware sama kesehatan diri aku sendiri, supaya aktivitas aku sebagai teman main anak-anak (dan suami juga) gak terganggu ^_^.

Tapi, satu yang pasti berkat kesehatan, berkat kekuatan dan berkat2 lain semuanya dari Tuhan. Amin deh...:)

"God heals, and the doctor takes the fees"
Benjamin Franklin

Thursday, June 25, 2009

"Religion is for those who are afraid of hell. Spiritually is for those who have been through hell."

If you are afraid of compassion, care, simplicity, self sacrifices, love, and sense (think) it as a hell, then you don't need God at all. What you need is called "Religion".

Thursday, June 04, 2009

Reconsider.....

"Take it from Richard, poor and lame, what's begun in anger ends in shame"
Benjamin Franklin

Aku ingat, dulu setiap kali marah sama suami dan merasa unek-unek aku belom tersampaikan semua, aku sering banget tergoda untuk melampiaskannya lagi, melanjutkan ke ronde berikutnya dengan mengirim sms.

Tapi, ada satu nasehat yang aku lupa dengar atau baca dimana - kalo gak salah inget sih, sepertinya aku baca di sebuah buku renungan harian - yang katanya, kalo mo marah melalui surat sebaiknya surat itu di simpan dulu, jangan langsung dikirim pada saat kita masih marah. Nanti, setelah kemarahan kita reda kita baca2 lagi surat itu dan pertimbangkan apakah penyampaian kita udah benar dan bisa dimengerti, jangan sampe karena semangat melampiaskan emosi, kata2 yang kita gunakan gak tepat, salah atau kasar sehingga bukannya si penerima menangkap maksud inti surat kita dan masalah dapat diselesaikan, malahan kita dapat masalah baru.

Merasa nasehat itu benar, jadinya setiap kali aku mau kirim sms unek2, aku suka keep dulu. Aku simpan dulu di draft message, baca lagi berulang2, mengkoreksi beberapa kalimat supaya jangan sampe timbul salah pengertian, dan baru deh aku kirim.....Walopun sebenarnya sms itu lebih sering batal dikirim juga sih, soalnya sementara baca2 lagi emosi aku ikutan jadi reda. Bisa ditebak, sms itu lebih sering tersimpan aman di draft message henfon aku daripada terkirim :). *Kalo sekarang dibaca2 lagi aku jadi suka ketawa-tawa, senyum2 sendiri karena udah lupa2 ingat kalo pernah ada suatu kejadian yang bikin aku jengkel dan ketik sms itu :).*

Thanks God, gak jadi pecah perang yang gak perlu. Gak perlu bikin orang jadi sakit hati, karena kata2 yang kita ucapkan selagi emosi yang kemungkinan besar dan udah terbukti akan bikin kita nyesel belakangan.
Christian graphics